”]
Api kita sudah menyala
Api kita sudah menyala
api api api api api
Api kita sudah menyala

“Mars Api Unggun”, sebut saja begitu, ini menjadi awal dari Workshop Penulisan Buku Populer yang diselenggarakan Kaca-KR dan Penerbit Galangpress di MAN Yogyakarta III, Minggu, 24 Januari kemarin. Lebih dari seratus peserta yang hadir menunjukkan antusiasme tinggi. Mereka berdiri, lantang bernyanyi.

Sebagai moderator sesi pertama, “Siapa Saja Bisa Jadi Penulis”, saya menangkap gairah begitu luar biasa dari peserta. Simak saja fakta-fakta berikut ini.

Satu, Sejak 2 hari sebelum acara, sekretariat panitia sudah menutup pendaftaran karena jumlah peserta melebihi target. Pada hari pelaksanaan, tak sedikit yang datang untuk mendaftar langsung, dan ditolak karena ruang yang dipakai memang terbatas. Dua, ada sepasang suami-istri yang datang dari Kebumen, kota kabupaten yang berjarak sekitar 80 km di sebelah barat Jogja. Mereka berboncengan sepeda motor. Tiga, beberapa peserta adalah ibu atau bapak dengan anaknya. Mereka sama-sama ingin menjadi penulis. Empat, ada satu anak SD dan beberapa siswa SMP yang bergabung. Nekad, padahal di poster dan pemberitaan di Kedaulatan Rakyat, jelas-jelas terpampang bahwa workshop ini ditujukan untuk siswa SMA, mahasiswa, dan guru.

Ini baru di hari pertama. Padahal masih ada 3 hari dalam rangkaian “Gatotkaca Masuk Sekolah” yang akan digeber 7 Februari di SMA 4, 21 Februari di SMA 8, dan memuncak 7 Maret di SMA Kolese de Britto.

Panitia tak kalah bergairah dalam mengalirkan darah yang mendidih itu. Penerbit Galangpress menerjunkan 9 editor dan desainer grafis untuk menjadi fasilitator pelatihan, bersama dengan alumni Kaca-KR. Sinergi yang cantik antara penggiat buku dan jurnalis koran.

Pembicara yang kami hadirkan pun tidak main-main, 2 orang yang sudah sangat diperhitungkan di jagad penerbitan. Julius Felicianus dan Nadia Indivara. Julius Felicianus adalah Direktur Galangpress Group yang sudah sukses membidani puluhan penulis pemula menjadi penulis buku laris. Sedangkan Nadia Indivara yang akrab dipanggil Dea adalah ibu rumah tangga “korban” provokasi Galangpress, dan sudah terbukti menjadi penulis buku-buku laris seperti Cara Pinter Jadi Wedding Organizer (Indonesia Cerdas, 2007), Untung Besar 80 Jutaan Duduk Doang (Indonesia Cerdas, 2008), The Mom’s Secret (Pustaka Anggrek, 2009), dan 200 Tips Ibu Smart (Pustaka Anggrek, 2009).

Seperti adatnya, Julius menjadi tukang kompor yang membuat peserta seperti tak sempat menghela nafas. Julius meyakinkan bahwa setiap orang bisa jadi penulis, “99% penulis Galangpress adalah pemula, dan berhasil.”

Yang dibutuhkan dari seorang penulis adalah ide, gagasan, dan kreativitas. Hanya butuh keberanian untuk menuangkannya.

”]]“Indonesia ini banyak pembaca, tapi kekurangan penulis,” tukas Julius, “sehingga banyak buku kemudian dihasilkan oleh tim redaksi.” Tentu saja, buku-buku yang dimaksud adalah buku-buku bagus yang berterima di masyarakat pembaca, bukan asal buku yang hanya baik di mata penulisnya. Ia membeberkan fakta. Selama 2007-2009, jumlah judul buku yang beredar di toko buku modern di Indonesia baru berkisar 24.500 (2007), 31.300 (2008), hingga 32.150 (2009). Angka ini belum menunjukkan berapa eksemplar pencetakan per judul dan persentase jumlah eksemplar yang laku.

Pada aspek lain, masih menyitir data Julius, dana pembelanjaan buku perpustakaan daerah-perpustakaan daerah cukup tinggi, yakni Rp 3,2 triliun (2007), Rp 4,6 triliun (2008), dan Rp 4,45 triliun (2009). Bukan angka yang sedikit. Pertanyaan kritisnya, sudahkah pembelanjaan buku itu merangsang masyarakat menjadi penulis?

Galangpress Group, sebagai penerbit buku, menyimak angka tersebut, tidak pernah pesimistis. Sebaliknya, justru optimistis mencari dan menginkubasi penulis-penulis baru.

Dea salah satunya. Ia seorang ibu rumah tangga yang memiliki waktu luang dalam keseharian. Menulis pun menjadi aktivitasnya sejak belum punya anak. The Mom’s Secret, contohnya, ia tulis waktu hamil anak pertamanya, Rena, yang kini sudah berumur 2 tahun. Saat hamil pun ia mau menulis. Malah, ia mendapatkan “tekanan” dari kami, “Mbak Dea, tolong jangan melahirkan dulu sebelumnya bukunya selesai.”

Selain menjadi pengusaha, kini hari-hari Dea dihabiskan sebagai ibu rumah tangga yang ideal. Ia bisa selalu bersama Rena, dan ia selalu punya waktu untuk menulis. “Kuncinya adalah komitmen menentukan deadline dan mau meluangkan waktu untuk menulis, walaupun hanya satu halaman,” ungkap penulis novel yang belum menemukan momentum meledakkan buku fiksinya ini.

”]”]Secara khusus, dalam makalah singkatnya, Dea membeberkan rahasia menjadi penulis produktif. “Hilangkan mitos yang selama ini menghalangi kita untuk menulis,” sebutnya. “Mitos pertama, menulis butuh banyak waktu. Padahal, kita bisa menulis di sela-sela kesibukan, misalnya saat menunggu antrian di salon atau menunggu anak pulang sekolah. Mitos kedua, harus menulis sesuatu yang luar biasa atau spektakuler. Padahal, setiap orang boleh menulis apa pun, biar pun itu sesuatu yang sederhana. Dari yang sederhana itu, kalau kita bisa menyampaikannya dengan menarik, bukan tidak mungkin topik itu bisa menjadi sesuatu yang luar biasa.” Buktikan!

Di Galangpress Group ada banyak Dea yang lain. Dengan kreativitas dan orisinalitas ide, mereka masing-masing bisa mencuat sebagai penulis yang karyanya menginspirasi pembaca dan mendunia. Semua berangkat dari nol sebagai penulis buku, dan semua berhasil. Jika Anda ke toko buku, temukanlah nama-nama ini: Baskara T Wardaya, Asvi Warman Adam, Budiman Hakim, Mohammad Thobroni, Femi Adi Soempeno, Veronica Sri Utami, Lucas Formiatno, M. Arief Budiman, HJ Sriyanto, Putera Lengkong, Arwan Tuti Artha, Fajar Nugros, Budi “Kelik” Herprasetyo, Hadi Hartono, Silvester Goridus Sukur, Soekardjo Wilardjito, dan masih banyak lagi.

Kini mereka keranjingan berkata-kata!

Jogja, 25 Januari 2009
AA Kunto A
[aakuntoa@gmail.com]